Pada mulanya perkembangan akuntansi di
Indonesia, menganut sistem kontinental, sama seperti yang di pakai Belanda.
Sistem kontinental ini, yang di sebut juga Tata Buku atau Pembukuan, yang
sebenarnya tidak sama dengan akuntansi, karena Tata Buku (Bookkeeping) adalah
elemen prosedural dari akuntansi sebagaimana aritmatika adalah elemen
prosedural dari matematika. Selain itu, terletak perbedaan antara tata buku
dengan Akuntansi, yakni :
1. Tata Buku
(Bookkeeping): menyangkut kegiatan–kegiatan proses akuntansi seperti
pencatatan, peringkasan, penggolongan, dan aktivitas – aktivitas lain yang
bertujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi yang berdasarkan pada data.
2. Akuntansi
(Accounting): menyangkut kegiatan–kegiatan analisis dan interprestasi
berdasarkan informasi akuntansi.
Pertengahan abad ke–18, terjadi Revolusi
Industri di Inggris yang mendorong pula perkembangan akuntansi. Pada waktu itu,
para manajer pabrik, misalnya ingin mengetahui biaya produksinya. Dengan
mengetahui berapa besar biaya produksi, mereka dapat mengawasi efektivitas
proses produksi dan menetapkan harga jual. Sejalan dengan itu, berkembanglah akuntansi
dalam bidang khusus, yaitu akuntansi biaya yang memfokuskan diri pada
pencatatan biaya produksidan penyediaan informasi bagi manajemen. Revolusi
Industri mengakibatkan perkembangan akuntansi semakin pesat sehingga menyebar
sampai ke Benua Amerika, khususnya di Amerika Serikat dan melahirkan sistem
Anglo Saxon.
Seiring perkembangan, selanjutnya tata buku
mulai di tinggalkan orang. Di Indonesia, orang atau perusahaan semakin banyak
menerapkan sistem akuntansi Anglo Saxon yang berasal dari Amerika, dan ini di
sebabkan oleh :
Pada tahun 1957, Adanya konfrontasi Irian Barat antara
Indonesia – Belanda yang membuat seluruh pelajar Indonesia yang sekolah di
Belanda di tarik kembali dan dapat melanjutkan kembali studinya di berbagai
Negara (termasuk Amerika), terkecuali negara Belanda.
Hampir sebagian besar mereka yang berperan dalam kegiatan
pengembangan akuntansi menyelesaikan pendidikannya di Amerika, dan menerapkan
system akuntansi Anglo Saxon di Indonesia. Sehingga sistem ini lebih dominan di
gunakan daripada sistem Kontinental / Tata buku di Indonesia.
Dengan adanya sistem akuntansi Anglo Saxon, Penanaman
Modal Asing (PMA) di Indonesia membawa dampak positif terhadap perkembangan
akuntansi.
Selain itu, terdapat beberapa perbedaan istilah antara
tata buku dan akuntansi, yaitu :
·
Istilah ‘perkiraan’, menjadi ‘akun’;
·
Istilah ‘neraca laju’, menjadi ‘kertas kerja’
·
dan lain – lain.
Akuntansi sangat luas ruang lingkupnya,
diantaranya teknik pembukuan. Setelah tahun 1960, akuntansi cara Amerika
(Anglo- Saxon) mulai diperkenalkan di Indonesia. Jadi, sistem pembukuan yang
dipakai di Indonesia berubah dari sistem Eropa (Kontinental) ke sistem Amerika
(Anglo- Saxon). Di Inggris, bursa efek pasar dan profesi akuntansi juga
berpengaruh dalam proses akuntansi peraturan. Inggris laporan tahunan dan piutang
terdiri dari laba konsolidasi dan akun rugi, neraca dan laporan arus kas. Untuk
menilai review operasi secara tahunan, laporan direktur adalah harus selalu
disertakan. Dalam praktek konsolidasi, metode pembelian biasanya diikuti
meskipun dalam beberapa kasus, dan merger akuntansi atau metode penyatuan
mungkin diperlukan. Berkaitan dengan praktek pengukuran mereka, Inggris
menerapkan pendekatan konservatif daripada kebanyakan negara-negara Anglo Saxon
dimana ada selisih penilaian kembali aktiva tetap seperti tanah dan bangunan
untuk nilai pasar. Persediaan biaya juga ditentukan dengan metode masuk
pertama-dalam metode-first out (FIFO) diizinkan untuk keperluan pajak,
sedangkan-terakhir di-first-out (LIFO) Metode tidak diperbolehkan.
Sumber :
http://airdanruanggelap.blogspot.co.id/2013/04/anglo-saxon-eropa.html
https://fransiscadwikarlina.wordpress.com/sejarah-akuntansi-di-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar