Akuntansi
Lingkungan (Environmental Accounting atau
EA) merupakan istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environmental
costs) ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya
lingkungan adalah dampak yang timbul dari sisi keuangan mampun non-keuangan
yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas
lingkungan.
Menurut
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United States Environment
Protection Agency (US EPA) akuntansi lingkungan adalah:
“Fungsi
penting akuntansi lingkungan adalah untuk menyajikan biaya-biaya lingkungan
bagi para stakeholders perusahaan, yang mampu mendorong pengidentifikasian
cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang
bersamaan, perusahaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan”.
Badan
Perlindungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection
Agency (EPA) menambahkan lagi bahwa istilah akuntansi lingkungan dibagi
menjadi dua dimensi utama. Pertama, akuntansi lingkungan merupakan biaya
yang secara langsung berdampak pada perusahaan secara menyeluruh (dalam hal ini
disebut dengan istilah “biaya pribadi”). Kedua, akuntansi
lingkungan juga meliputi biaya-biaya individu, masyarakat maupun lingkungan
suatu perusahaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Sistem
akuntansi lingkungan terdiri atas lingkungan akuntansi konvensional dan
akuntansi ekologis. Akuntansi lingkungan konvensional mengukur dampak-dampak
dari lingkungan alam pada suatu perusahaan dalam sitilah-istilah keuangan.
Sedangkan akuntansi ekologis mencoba untuk mengukur dampak suatu perusahaan
berdasarkan lingkungan, tetapi pengukuran dilakukan dalam bentuk unit fisik
(sisa barang produksi dalam kilogram, pemakaian energi dalam kilojoules, dll),
akan tetapi standar pengukuran yang digunakan bukan dalam bentuk satuan
keuangan.
Sedangkan
lingkup akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama
didasarkan pada kegiatan akuntansi lingkungan suatu perusahaan baik secara
nasional maupun regional. Bagian kedua berkaitan dengan akuntansi lingkungan
untuk perusahaan-perusahaan dan organisasi lainnya.
Pada
dasarnya penjelasan mengenai konsep akuntansi lingkungan harus mengikuti
beberapa faktor berikut, antara lain:
- Biaya konservasi lingkungan (diukur dengan menggunakan nilai satuan uang).
- Keuntungan konservasi lingkungan (diukur dengan unit fisik).
- Keuntungan ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan (diukur dengan nilai satuan uang/rupiah).
Konsep
akuntansi lingkungan mulai berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa. Pada
pertengahan tahun 1990-an komite standar akuntansi internasional (The
International Accounting Standards Committee/IASC) mengembangkan konsep
tentang prinsip-prinsip akuntansi internasional, termasuk di dalamnya
pengembangan akuntansi lingkungan dan audit hak-hak azasi manusia. Di samping
itu, standar industri juga semakin berkembang dan auditor profesional seperti the
American Institute of Certified Public Auditors (AICPA) mengeluarkan
prinsip-prinsip universal tentang audit lingkungan (environmental audits).
Badan
Lingkungan Hidup Jepang (The Environmental Ageency) yang kemudian
berubah menjadi Kementerian Lingkungan Hidup (Ministry of Environment)
mengeluarkan panduan akuntansi lingkungan (environmental accounting
guidelines) pada bulai Mei tahun 2000. Panduan ini kemudian disempurnakan
lagi pada tahun 2002 dan 2005. Semua perusahaan di Jepang diwajibkan menerapkan
akuntansi lingkungan. Perusahaan – perusahaan besar Jepang mulai menempatkan
posisi akuntansi lingkungan (environmental accounting) sederajat dengan
akuntansi keuangan. Kini semakin banyak perusahaan di Jepang sudah menerapkan
akuntansi lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan dan petunjuk yang
dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Jepang.
Latar
belakang pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran penuh
perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah mengambil manfaat
dari lingkungan. Penting bagi perusahaan-perusahaan atau organisasi lainnya
agar dapat meningkatkan usaha dalam mempertimbangkan konservasi lingkungan
secara berkelanjutan.
Penggunaan
konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan mendorong kemampuan untuk
meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya. Banyak
perusahaan besar industri dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan.
Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan
penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs)
dan manfaat atau efek (economic benefit).
Akuntansi
lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian
kuantitatif tentang biaya dan dampak perlindungan lingkungan (environmental
protection).
Beberapa
alasan kenapa perusahaan perlu untuk mempertimbangkan untuk mengadopsi
akuntansi lingkungan sebagai bagian dari sistem akuntansi perusahaan, antara
lain: memungkinkan untuk mengurangi dan menghapus biaya-biaya lingkungan,
memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang selama ini mungkin mempunyai
dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan keberhasilan bisnis perusahaan,
diharapkan menghasilkan biaya atau harga yang lebih akurat terhadap produk dari
proses lingkungan yang diinginkan dan memungkinkan pemenuhan kebutuhan
pelanggan yang mengharapkan produk/jasa lingkungan yang lebih bersahabat.
Tujuan
dari akuntansi lingkungan sebagai sebuah alat manajemen lingkungan dan sebagai
alat komunikasi dengan masyarakat adalah untuk meningkatkan jumlah informasi
relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya.
Guna
mencapai keberhasilan dalam penerapan akuntansi lingkungan, maka pertama dan
utama sekali yang perlu diperhatikan manajemen perusahaan adalah adanya
kesesuaian antara evaluasi yang dibuat perusahaan terhadap dampak lingkungan
yang ditimbulkan. Langkah kedua, menentukan apa yang menjadi target perusahaan
dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor utama yang berdampak pada lingkungan
perusahaan serta menyusun suatu perencanaan untuk mengurangi dampak lingkungan.
Langkah ketiga, memilih alat ukur yang sesuai dalam menentukan persoalan
lingkungan.
Langkah
keempat, melakukan penilaian administrasi untuk menetapkan target di
masing-masing segmen. Langkah kelima, menghasilkan segmen akuntansi untuk
mengukur masing-masing divisi perusahaan. Langkah keenam, melakukan pengujian dimasing-masing
devisi. Langkah terakhir adalah melakukan telaah kinerja. Pada telaah kinerja
diharapkan dapat menghasilkan segmen akuntansi yang dapat mendukung prestasi
manajemen lingkungan dimasing-masing divisi.
Sumber:
·
Disarikan dari buku Akuntansi Lingkungan
& Pengungkapannya, oleh Arfan Ikhsan, Graha Ilmu, 2008. – See more at: http://keuanganlsm.com/apa-sebenarnya-akuntansi-lingkungan-itu/#sthash.xOiUIQde.dpuf