Nilai tukar rupiah di pasar uang menguat 170
poin seiring respons positif pasar terhadap perkembangan politik di tanah air
setelah presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) bertemu pimpinan Koalisi Merah
Putih (KMP) Prabowo Subianto yang menjadi rivalnya dalam pemilihan presiden
(Pilpres) 2014. Ini merupakan pertemuan pertama mereka setelah Pilpres lalu.
Rupiah ditransaksikan pada 12.090 per dolar
AS, jauh lebih baik dibanding posisi sebelumnya yang mencapai 12.260 per
dolar AS. "Sentimen positif didominasi dari dalam negeri, kondisi
politik sebelumnya yang memanas sudah mulai kondusif. Adanya pertemuan Joko
Widodo dengan Prabowo Subianto membuat psikologis investor yakin kedepannya
terhadap pasar investasi," kata analis dari Platon Niaga Berjangka, Lukman
Leong, di Jakarta Jumat (17/10). Namun menurut kurs tengah Bank Indonesia
rupiah masih berada pada 12.222 per dolar AS.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melonjak 77,332 poin ke level 5028,946 setelah ada sentimen positif dari dalam negeri. Bahkan mengawali perdagangan kemarin pagi, IHSG naik tipis 6,565 poin (0,13%) ke level 4.958,179 di tengah melemahnya bursa-bursa regional. Aksi beli investor domestik menahan IHSG di zona hijau. Lukman mengatakan pekan depan, susunan kabinet pemerintahan baru akan kembali menjadi perhatian pelaku pasar keuangan di dalam negeri. Diharapkan, kabinet pemerintahan baru nanti diisi oleh sosok yang sesuai dengan kemampuannya. Kendati demikian, dia mengingatkan bahwa sentimen politik ini hanya bersifat sementara, pelaku pasar juga harus mencermati kondisi ekonomi global yang cenderung melambat."Melambatnya perekonomian global tentu akan berdampak juga pada Indonesia," ucapnya. Tetapi David Sumual, ekonom BCA mengatakan perkembangan politik akhir-akhir ini memang membawa angin segar bagi para pelaku pasar. "Pak Jokowi sudah bertemu dengan Pak Aburizal Bakrie (Ketua Umum Partai Golkar), dan pimpinan PPP (Partai Persatuan Pembangunan). Sekarang bertemu dengan Pak Prabowo. Ini tentu sangat baik," paparnya. Beberapa waktu lalu, lanjut David, investor sempat cemas dengan masa depan pemerintahan Jokowi. Pasalnya, parlemen didominasi oleh oposisi KMP sehingga dikhawatirkan bisa menghambat program-program pemerintah. Namun kekhawatiran ini sedikit pudar kala Jokowi menemui sejumlah tokoh dari KMP. "Checks and balances memang penting. Namun kerja sama antara pemerintah dan DPR juga penting," katanya. Menteri Keuangan Chatib Basri mengakui adanya pengaruh kondusifitas politik terhadap para investor meskipun tidak terlalu besar."Ada memang pengaruhnya," ungkapnya. Chatib melihat penguatan rupiah lebih dikarenakan faktor global, karena pada saat yang sama juga terjadi penguatan pada nilai tukar mata uang Brazil, India, Afrika Selatan dan Turki."Tapi ini kan kalau dilihat global memang dalam tren seperti itu," sebutnya. Menurutnya, pelaku pasar tetap akan berorientasi pada keuntungan. Chatib tidak melihat ada pelau pasar yang seperti aktivis."Market itu sederhana. Jangan harapkan pasar itu jadi aktivis, logikanya profit," kata Chatib. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menambahkan pelantikan Jokowi pecan depan akan memberikan sentimen lebih positif terhadap pasar uang. "Kalau secara umum di beberapa negara yang presiden terpilihnya baru, memberikan pesan melanjutkan reformasi struktural dan dampaknya bagus. Kita harapkan Indonesia juga demikian," katanya. Agus mengakui sejak awal pekan ini rupiah terus tertekan, salah satu faktornya adalah dana asing yang mengalir keluar gara-gara sentimen negatif dari pasar global. Rencana The Federal Reserve (The Fed) menaikkan tingkat suku bunga acuan memberi sentimen negatif. Pelaku pasar global juga khawatir ekonomi dunia melambat dan kinerja perusahaan internasional menjadi kurang baik. Hal ini yang memicu arus dana asing keluar dari Indonesia. "Kemarin ada rupiah melemah itu banyak faktor. Dari kondisi perkembangan di luar negeri yang masih masih risk on risk off kita melihat di AS mempunyai perkembangan yang langsung berdampak pada negara-negara dunia termasuk negara berkembang, termasuk Indonesia," ujarnya. Selain itu, kata Agus, ada juga faktor dalam negeri seperti inflasi dan neraca transaksi berjalan ditambah perkembangan politik yang sempat memanas. "Kalau perkembangan politik Indonesia yang diamati adalah tentang adanya presiden baru, bagaimana sikap presiden yang baru ini terhadap fiskal yang perlu dapat perhatian dan juga bagaimana tindak lanjut yang akan dilakukan pemeirntahan baru yaitu susunan kabinetnya," ujarnya. Pelaku pasar juga masih menunggu apakah pemerintahan baru bisa melanjutkan reformasi strukturalnya dan mengarah kepada ekonomi yang kuat dan berkesinambungan"Kami meyakini pemerintah yang baru perlu merespons hal ini," jelasnya. |
Sumber:
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/10/18/123997/rupiah-dan-ihsg-langsung-menguat/#.VG1U2YuUdXE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar